Sisi Berwarna SVVARA

oleh Taxlan

Hari itu berjalan seperti biasanya, tak juga begitu yang spesial selain satu pertemuan yang harus dituntaskan, pertemuan dengan Brian, satu kawan dengan komunitas filmnya yang produktif gila. Brian jadi satu contoh paling gamblang dari teman-teman yang belakangan juga saya sering bertemu : umur awal 20an, punya banyak resource, aktif secara sosial (dan media sosial), ekploratif, mengoptimalkan apa yang utama mereka punya sekarang. Teknologi.

Secara sengaja dan tidak sengaja, baik di kerja professional ataupun gerak komunitas, sungguh menyenangkan bertemu dengan mereka-mereka yang sebenarnya tak jauh berbeda jarak umur, tapi punya signifikansi yang jauh atas apa yang dipunya. Dan itu terjadi di berbagai disiplin : komunitas, film, grafis, dan sampai musik.

Tak sekali dua kali di Spektakel Klab kami membahas bagaimana excited-nya kedatangan banyak teman baru secara (lumayan) besar-besaran, dari yang menonton, datang ke gigs sampai yang mulai membuat musiknya sendiri.

SVVARA adalah satu nama yang cukup vokal belakangan. Kelompok musik pop yang benar-benar mewakili zaman mereka. Beberapa dari mereka saya temui di gigs hardcore punk, datang, mengapresiasi musik dan bertubrukan di moshpit. Sampai beberapa dari mereka juga membuat musik yang sama kerasnya. Di luar itu, ternyata Farid dan RM juga aktif membentuk band pop, berbeda warna jelas dari gigs dimana kami biasa bertemu. SVVARA jauh lebih berwarna.

2 bulan setelah mereka melepas EP pertama mereka. Saya menanyakan beberapa hal, dari EP mereka sendiri, pesta perilisannya, proses kreatif, dan sedikit hal personal akan bagaimana mereka berproses dengan musik. Berikut interviewnya.

Photo oleh @derrryramadhan

2 Bulan setelah dirilis. Bagaimana Chromatic Side sejauh ini ? Bagaimana respon dan proses album ini sendiri setelah ianya lahir.
2 bulan setelah Rilis EP Chromatic Side alhamdulillah sejauh ini respon para pendengar positif, di akun sosial media instagram kami pun banyak membagikan lagu-lagu kami dan menandai kami. Mulai dari teman-teman dekat dan orang-orang yang sama sekali kami belum ketahui. Rasanya cukup senang bisa diterima oleh khalayak luas, kami pun mendengarkan kritikan apa yang kurang dari lagu-lagu kami dan kami menerima nya sebagai dari proses kami bermusik.

Bisa ceritakan lebih detail tentang Chromatic Side? Ide awal, kreatif hingga penentuan berbagai komponennya? Sedikit singkat tak apa, sebagai pengantar
Chromatic Side mengartikan sisi berwarnanya dalam proses kami mengumpulkan materi lagu hingga bisa melahirkan EP pertama kami. Pengumpulan materi dalam EP ini berbarengan disaat kami masih belajar dan mengulik cara bermain alat musik masing-masing, mencari tahu lebih dalam apa saja dengan dunia musik, mendengarkan lagu lebih banyak, mengenal orang baru dan bertambahnya teman hingga membantu dalam proses kami bermusik, lalu merasakan keseruan tiap gigs yang ada. Momen-momen seperti itula yang kami maksud dengan      ‘Sisi Berwarna’, dan kami nikmati berwarnanya proses mengumpulkan materi lagu dalam EP ini hingga kami memberinya judul “Chromatic Side”.

Slave Love benar-benar begitu representatif, ketika melihat setelah EP dirilis penuh. Tema dari lirik hampir selaras. Memang ditentukan khusus, atau bagaimana?
Sebetulnya kami tidak menentukan secara khusus, hanya kebetulan saja track yang lain selaras dengan Slave Love.

Termasuk juga refrensinya. Tentu datang dari pengalaman personal, tapi adakah elemen lain yang mempengaruhi kepenulisan lirik di SVVARA ? Boleh diceritakan
Memang benar hampir rata-rata lirik kami dari pengalaman personal, ada juga dari curhatan teman-teman terdekat kami dan kami jadikan lirik lagu. Tapi dalam EP pertama ini kami hanya ingin menyampaikan siklus percintaan di masa remaja era sekarang yang menurut kami lebih banyak drama dan kerumitan dalam menjalin hubungan.

Photo oleh @derrryramadhan

Agak sedikit kembali loncat ke belakang mungkin, bagaimana penemuan eksplorasi musik di SVVARA ini kalian temukan? Kalian juga bisa ceritakan, bagaimana setiap dari personal kalian menemukan musik sekarang.
Pada awal mulanya latar belakang musik dari masing-masing kami berbeda-beda, tapi seiring berjalannya waktu kami banyak mendengarkan musik bergenre seperti Indie Pop, Dream Pop, Bedroom Pop, Indie Rock dan Shoegaze. Lalu kami coba mengcover lagu-lagu dari beberapa genre tersebut kemudian kami mengalahkan ego masing-masing hingga  menemukan warna musiknya SVVARA sendiri.

Tanpa ingin mengotakkan atau mematok batasan yang membosankan. Tapi koreksi jika saya salah, kalian adalah salahsatu yang hadir dari generasi paling faktual sekarang. Bagaimana proses konsumsi musik kalian sendiri kesehariannya?
Untuk generasi seperti kami sekarang mencari referensi musik sangat lah mudah, karna di permudah oleh internet dan banyak media musik hingga berbagai macam  platform streaming musik digital. Jadi informasi seputar itu sangat lah mudah kami dapatkan, tapi kami juga masih melakukan hal-hal oldschool seperti membeli rilisan fisik dan kaos band favorite kami, bertukar referensi musik di tongkrongan, dan juga saling pinjam kaset atau cd album band. 

Dan bagaimana kalian melihat musik, industri atau ekosistem dari musik sejenis SVVARA ini sekarang?
Melihat beberapa tahun belakangan khusus nya di Kota Palembang, yang kami perhatikan musik seperti indie pop mulai banyak pendengar nya. Dilihat dari setiap gigs-gigs kami, masa yang hadir semakin bertambah, cuma kendala nya hanya sedikit band indie pop yang aktif di kota palembang, mungkin dengan muncul nya band-band baru seperti SVVARA bisa membuat trigger para teman-teman untuk membuat musik serupa dan membuat scene di Kota Palembang lebih variatif dan menarik.

Photo oleh @agungzuu

Kembali ke Chromatic Side. Slave Love sebagai single dirilis awal 2020, video klip kurang lebih hampir persis setahun setelahnya. EP, setahun kemudian lagi setelahnya. Adakah proses kreatif yang berubah dari single pertama dirilis? Adakah perbedaan paling signifikan selama itu.
Tentunya perbedaan yang signifikan dari single pertama yang kami rilis adalah penggunaan efek gitar. Kami lebih dalam mengeksplorasi sound yang kami inginkan seperti menggunakan efek Chorus yang agak tebal, memberi campuran Overdrive, Reverb dan Delay yang agak panjang agar sedikit mengawang, dan juga beberapa materi yang diberi sentuhan Synthesizer agar terdengar dreamy, lalu melody gitar yang manis dan mellow untuk menyesuaikan apa yang ingin disampaikan dari lirik lagu.

Termasuk pengemasan, visual dan lainnya? Bagaimana ini disusun ?
Dari sisi cover album, Artwork ini bagi kami melambangkan proses kisah cinta dari yang menyenangkan hingga menyedihkan. Bunga di cover itu bunga asli yang sengaja kami bikin sedikit agak layu agar dapat merepresentasikannya. Lalu dengan photo band kami di lapangan tennis yang menurut kami tempatnya sangat cocok dengan outfit ala-ala anak Indie Pop sekarang yang penuh warna hehe. Semuanya berkat dibantu oleh teman-teman dekat kami dan juga dari label record kami yaitu Club Moluska.

Jika berbicara Palembang sendiri. Bagaimana kalian melihat perkembangan skena musiknya sendiri? Baik dengan band yang selaras dengan kalian, atau juga secara umum in general.
Kami jawab secara general aja, perkembangan skena musik di Palembang sangat pesat sekali dalam 2 Tahun kebelakangan, banyak skena-skena baru bermunculan dengan genre musik yang beragam.  Ditambah dengan banyaknya Gigs dan Showcase kolektifan yang semakin banyak masa nya yang datang. Dengan teman-teman dari skena musik yang merangkul dan saling mendukung, menjadikan kami yang hanya bermodalkan semangat, percaya diri dan seadanya serta band-band baru terus bermunculan mulai memberanikan diri untuk terus berkembang dalam musik.

Sepertinya berbagai lingkaran antar genre dan ketertarikan juga terlihat begitu inklusif. Saat pesta perilisan EP kalian pun, kalian menghadirkaan multi-genre pada line-up. Apakah in disengaja atau bagaimana ?
Memang kami sengaja agar dalam rilis party kami lebih bervariatif genrenya dan menambah relasi kami dalam bermusik, serta orang yang datang pun Lebih bermacam dari lintas genre.

Photo oleh @dewirots_

EP sudah dirilis, bisa beritahukan ada rencana apa terdekat? Boleh sekalian juga jika ada kalimat pesan penutup?
Rencana terdekat kami yaitu ingin Membuat video klip lagi untuk lagu “just a friend”. untuk kalimat penutup, kami berharap agar perkembangan musik di Kota Palembang semakin maju dan semakin banyak generasi muda bermain musik dan menciptakan karya nya sendiri. Pede aja dulu yang penting lancar, jaya, barokah dan tetap negative covid positive indie pop xixixixi

Rapid Question

Sondre Lerche atau King of Convenience ?
     Farid : King of Convenience
     Erik :  King of Convenience
     RM :  King of Convenience
      Amad :  King of Convenience

Boy Pablo atau Rex Orang Country ?
     Farid : Boy Pablo
     Erik :  Boy Pablo
      RM :  Boy Pablo
     Amad :  Boy Pablo

Mac Demarco atau Cuco ?
     Farid : Mac Demarco
     Erik :  Mac Demarco
     RM :  Mac Demarco
     Amad :  Mac Demarco

Photo oleh @@bojazzantiboom

Soy Pablo atau Wachito Rico ?
     Farid : Soy Pablo
     Erik :  Soy Pablo
     RM :  Soy Pablo
     Amad :  Soy Pablo

Sebutkan 3 Album yang kalian dengarkan belakangan ?
     Farid : Star Horse (Devour) , Slowdive (Souvlaki), Cocteau Twin (Heaven or Las Vegas)
     Erik : Moveys (Slow Pulp), Luby Sparks (Luby Sparks), Jubilee (Japanese Breakfast)
     RM : Heaven Inches Away (Soft Blue Shimmer), Sundays (Tanukichan), Giving The World Away              (Hatchie)
     Amad : Wasted Parts (The Milo), Vacation II (Acid Ghost), 3 Imaginary Boys (The Cure)

Sebutkan 3 Track yang paling berkesan dari kalian ?
     Farid : The Smith – Heaven Knows I’m Miserable Now, boy pablo – tkm, Motorama – Heavy Wave
     Erik : Barasuara – Api dan Lentera, Kurosuke – Velvet, The Smith – How Soon Is Now
     RM : DIIV – Human, Alvvays – In Undertow, Pale Saints – Kinky Love
     Amad : Frys – Hope, BMTH – Teardrops, No Vacation – Dream Girl

Bahagia tapi Sendiri atau Sedih tapi Bersama ?
     Farid : Sedih tapi Bersama
     Erik : Bahagia tapi Sendiri
     RM : Bahagia tapi Sendiri
     Amad : Bahagia tapi Sendiri

Photo oleh @dewirots_

Semua photo kami pinta dari arsip SVVARA. Credit setiap photographer yang juga memotretnya juga tetap dilampirkan. Harap tetap konfirmasi ke SVVARA atau ke setiap photographer untuk penggunaan atau semacamnya.

Tinggalkan komentar