“Yakali datang ke gigs cuma jadi tempat penitipan barang orang.”

Oleh Taxlan Langsung saja. Karena memang untuk tulisan perempuan, sebenarnya yang paling relevan adalah perempuannya sendiri yang mengutarakan. Saya juga tak mau sok tau dan merasa penting untuk membicarakan isu yang sebenarnya saya tak begitu mengerti. Kawan-kawan di Palembang sangat senang ketika moshpit dan gigs dari hari ke hari makin inklusif, terutama dengan bias gender. Moshpit dan Gigs seharusnya memang milik semua orang, semua gender … Lanjutkan membaca “Yakali datang ke gigs cuma jadi tempat penitipan barang orang.”

Lazy Eye: “Tren musik dunia hanyalah repetisi masa…”

Oleh Taxlan “Bagaimana kamu melewati 2020?” — Kebanyakan dari kita istirahat. Pertanyaan barusan seakan mengulang, di tulisan sebelumnya, saya juga membahas hal ini. Agak membosankan, tapi seriuslah, pertanyaan itu memang pertanyaan berulang yang saya lontarkan pada setiap kawan ketika tahun kemarin usai. Lazy Eye memberi jawaban yang cukup  menyegarkan, mereka merilis EP, Single dan Single lagi. Memproduksi musik tak bisa sederhana, merilisnya juga tak bisa … Lanjutkan membaca Lazy Eye: “Tren musik dunia hanyalah repetisi masa…”

Rilisan Musik Palembang 2020

oleh Taxlan Jika kita punya Satu kata, satu kata saja untuk menggambarkan bagaimana 2020 terjadi. Mungkin banyak yang akan memilih kata umpatan, atau juga tetap dengan kata “Syukur,” atau malah memang banyak dari kita tak bisa menggambarkan satu kejadian, apalagi 2020 dalam satu kata. Butuh banyak paragraf, eksplanasi dan racauan. Dalam urusan musik, kawan-kawan di Palembang punya caranya tersendiri. Yang mana memang bukan cara baru, … Lanjutkan membaca Rilisan Musik Palembang 2020