Palembang Invasion : Start Small. Start Now.

Teks Wawancara oleh Taxlan
Semua Materi Photo dari Arsip Palembang Invasion

Kapan terakhir kali menemukan album kompilasi di Palembang? Jika memang akhirnya tak salah ingat, ada satu album kompilasi dulu tahun 2014-2015. Sebuah album kompilasi besutan brand besar kenamaan. Yang lumayan disayangkan dari sebuah projek kerjasama brand berkala, hasrat kelanjutannya mesti menemukan alasan yang lumayan lebih kompleks. Walau, inisiasi di luar itu juga punya problem yang tak kalah kompleks.

Ada banyak tradisi dan trend lumayan sering ada di kota-kota lain, tapi susah untuk eksis dan bertahan di Palembang. Kemunculan album kompilasi ini lah satu yang terpikir. Walau jika diingat, budaya album kompilasi ini juga tak bisa dibilang jarang atau asing di kultur komunitas musik di Palembang. Tak sedikit juga, kompilasi yang muncul dulunya. Buah manisnya juga tak kalah banyak dari itu semua.

Aktual ini, setelah istirahat panjang dari Pandemi (cukup menyebalkannya yah, ketika Pandemi masih saja dikaitkan) – Sebuah radio lokal yang memberi perhatian besarnya pada musik lokal, mengambil peran yang sangat unik, yaitu membuat album kompilasi, peran yang cukup kosong sangat lama di ranah perradioan. Belum lama juga dirilis, pesta perilisannya pun juga masih terhitung baru. Dari prosesnya pun, sebenarnya saya sudah penasaran dengan giat ini. Agar belum terlalu lama mengendap, dan karenanya masih sangat hangat, saya menawarkan beberapa pertanyaan ke salahsatu orang utama dibalik album kompilasi ini, sekaligus yang adalah penyiar radio dari 97.5 PLAY FM Palembang: Satriyo Prakoso.

Terhitung di 2022 ini. Jadi udah berapa lama di PlayFM, Sat? Itu full jadi penyiar radio kan? Ato udah ada jabatan-jabatan baru yang kamu emban di luar mingguannya muncul sebagai penyiar?
Aku mulai siaran di Play FM itu bulan Oktober 2016. Sudah 6 tahun lebih ya berarti jadi penyiar. Sekarang siaran di prime time pagi “Plug N Play” di weekdays dan di spesial program mingguan “100% Indonesia”. Awalnya dulu waktu masih kuliah cuma siaran. Waktu itu masih baru banget dan masih dikit jadwal siarannya. Trus sembari kuliah dan siaran ditawarin buat kerja part time gitu jadi Creative Assistant, trus berlanjut jadi Assistant Music Director dan sekarang udah jalan 2 tahun sebagai Music Director Play FM.

. . .

Boleh langsung diceritakan nih. Apa yang akhirnya muncul di meja redaksi rapat kalian, ketika akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah album kompilasi?
Ide awal album kompilasi ini muncul di meja ruang meeting Play FM. Waktu itu lagi menunggu peserta untuk music hearing session bulanan. Selagi menunggu, aku dan Station Manager Play FM, Mas Bisma Nugraha ngobrol santai tentang perkembangan band-band lokal di Palembang. Iseng nyalain speaker dan proyektor trus aku kasih liat beberapa band lokal yang menarik perhatianku, kalo ga salah waktu itu aku tunjukin Lazy Eye dan Svvara.

Obrolan berlanjut menjadi sesi brainstorming dari pembahasan santai berubah jadi serius. Sampai akhirnya muncul ide untuk membuat album kompilasi ini. Dengan nama “Palembang Invasion”, kami mencoba mengambil peran untuk membantu regenerasi band-band muda di Palembang. Karena kami lihat Palembang punya potensi dan sangat disayangkan kalau potensi tadi ga dikeluarin.

. . .

Tapi tidak kepikiran untuk akhirnya jadi semacam Record Label ?
Secara de factosebenernya apa yang kami lakukan dengan album kompilasi ini sudah menjalankan tugas record label itu sendiri. Mencari musisi, mengkurasi, dan merilis materi originalnya. Cuma memang ini ranah yang baru untuk Play FM dimana tentunya segala sesuatunya harus dipertanggungjawabkan dengan baik dan jelas secara hukum. Dan kami secara tim pun banyak belajar hal baru melalui album kompilasi Palembang Invasion ini.

. . .

Apa yang paling tak terduga, ketika ini pertama direncanakan dalam rapat internal, hingga akhirnya berproses sampai jadinya?
Aku selaku Creative Producer untuk project album kompilasi Palembang Invasion ini yang terlibat dari awal sampai ke perilisannya cukup kaget ketika ada di fase submisi karya. Dimana kami menerima pengiriman materi dari musisi yang berminat untuk terlibat di album kompilasi ini.

Ada sekitar 40 email yang masuk dan beberapa di antaranya cukup mengejutkan karena aku pribadi pun baru pertama tahu dan dengar lagunya dari kiriman email itu. Ternyata memang ada banyak musisi keren di Palembang yang karyanya bagus tapi banyak orang tidak tahu. 

Dan mengkurasi mereka menjadi 10 yang terbaik menurut kami juga cukup melelahkan dan melalui banyak pertimbangan dan penilaian.

. . .

Kamu juga ada dalam sebuah band. Tanpa juga akhirnya menjadi sok pretensius, walau memang perkembangan musik sudah menjadi benar-benar inklusif. Tapi tetap saja ada sedikit banyak perbedaan antara gelombangnya. Apa yang menurutmu paling berbeda dari band-band yang ada dalam kompilasi ini?
Aku percaya album itu penanda sebuah zaman atau fase musik musisi tersebut. Dan untuk album kompilasi ini menurutku pun akan menjadi penanda Palembang pernah di fase ini.

Yang menjadi pembeda mungkin di gelombang ini band-band ini muncul di era digital yang memudahkan segala sesuatunya. Baik dari segi referensi, produksi, bahkan untuk promosi karya.

Spektrum musik kompilasi ini pun cukup lebar dengan ragam musik mulai dari pop, indie rock, indie pop, jazz, folk, sampai ke rock, tapi tetap dalam koridor radio-friendly karena kami harus tetap bisa memutarkan lagu mereka untuk kebutuhan promonya.

. . .

Kalian hanya mengkurasinya di awal, atau ada direction juga yang kalian lakukan sepanjang proses kreatif dari album ini sendiri ke tiap tiap band yang terlibat?
Di album kompilasi ini kami hanya mengkurasi lagu-lagunya saja kok. Semua direction proses kreatif berasal dari musisi/band yang terlibat.

. . .

Menurutmu, apakah album ini sudah bisa menjadi representasi gambaran kasar dari industri musik lokal di Palembang?
Untuk merepresentasikan gambaran kasar dari industri musik lokal secara keseluruhan aku rasa belum. Karena musik Palembang sekarang sangat variatif, apalagi jika kita bandingkan dengan 10 atau 15 tahun ke belakang.

Di sisi lain juga album kompilasi ini juga punya keterbatasan slot musisi/band yang hanya 10 artist. Jika ingin merepresentasikan gambaran kasar industri lokal secara menyeluruh aku rasa akan melebihi slot yang kami punya. Dan juga ada batasan genre yang telah kami tentukan untuk kompilasi ini.

. . .

Atau kamu ada pandangan lain perihal itu? Ada pandanganmu yang berubah sebelum dan setelah album ini kompilasi ini dikerjakan?
Pandangan lain yang cukup menarik sih ternyata di ranah pop lokal yang kadang di-underestimate karena kebanyakan musisinya memilih jalur session players ataupun punya orientasi karir musik yang lain, ternyata masih ada musisi pop yang tidak terjebak siklus cover lagu top 40 dan berhasil membuat karya orisinil yang menurutku secara musikal itu oke. Dan mungkin kalo kami tidak membuat album kompilasi ini, aku pribadi ga bakal tahu karya mereka.

. . .

Kemarin sudah ada showcase, atau semacam perilisan dari album kompilasi. Apalagi setelah ini? Ada yang bisa diberitahukan?
Jika pembaca rutin mendengarkan 97.5 Play FM pasti sudah tahu kalo kami juga sudah memulai promo Music Spotlight untuk para musisi Palembang Invasion tiap hari di Play FM. Lagu-lagu mereka diputarkan di radio dan juga ada voice over penjelasan tentang musisi/band dan lagunya.

Berbarengan dengan promo on air, CD Palembang Invasion pun telah kami jual melalui toko digital atau bisa dibeli langsung di Play FM juga. Untuk skenario titip jual dan lainnya pun sedang kami rencanakan.

Dalam waktu dekat ini kami juga sedang mengerjakan sebuah kerjasama  yang juga akan melibatkan sebuah record label besar yang detilnya mungkin nanti bisa dipantau aja di sosmed @palembanginvasion.

. . .

Ada yang kamu harapkan dari album ini sendiri, atau juga ke band-band di dalamnya?
Harapan aku pribadi sih semoga band-band di album kompilasi ini bisa merilis albumnya sendiri, tetap produktif menghasilkan karya buatannya, meneruskan regenerasi, dan bahkan jika memungkinkan melampaui pencapaian yang telah dicatatkan oleh band-band Palembang sebelum mereka.

. . .

Bandmu bertahan satu dekade. Entah apa saja yang terjadi di dalamnya, pasti juga tak bisa dibilang sederhana. Tapi setidaknya, dia sampai ke satu dekadenya. Ada saran bisa kamu kasih?
Nge-band itu menyenangkan tapi berat. Hahahahaha. Komunikasi hal yang penting dan meruntuhkan ego pribadi pun lebih berat kadang. Apa lagi ya? Perbanyak sabar dan mencoba saling memahami rekan satu band juga penting sih. Kadang malah nge-band lebih ribet daripada pacaran. Hahahahaha.

. . .

Last word. With or without context.
Start small, start now

Tinggalkan komentar