Sirkus Moral : 7gram

Oleh Taxlan

Penghidupan Kembali Arak-arakan Serapah Dursila

Glorifikasi masa lalu di beberapa bagian memang cukup mengesalkan. Apa coba yang mau dibandingkan? Lantas setelah dibandingkan mau dibagaimanakan lagi? Toh juga lewat. Dengan pertanyaan (atau bisa juga pernyataan) yang sama persis, jawaban bisa saja tak sama. Karena memang selalu punya dua sisi, ketika glorifikasi itu hanya bermuara pada romantisme kosong, yah mungkin omong kosong. Omong kosong menyenangkan yang sama di tengah-tengah berbotol-botol jamu dan fermentasi.

Di sisi lain, jika glorifikasi itu sebagai sebuah proses retrospeksi mendalam, atas apa yang sudah kita lakukan, dan apa yang sudah dicapai, dan apa yang mungkin kita akan capai kembali. Kerja-kerja eksplorasi kemungkinan dari tahun ke tahun selalu butuh itu kan?

Dan entah itu kerja, selayaknya trend. Sesuatu itu selalu berulang, jika tak bisa dibilang selalu, kebanyakan juga boleh. Toh bagi sebagian kita, dinamika memang selalu seperti spiral, jalur pegas atas perulangan yang selalu kita kondisikan memang mesti maju.

Ada satu waktu, scene hardcore punk dipenuhi oleh gerombolan trash/hardcorepunk dengan amunisi Spazz dan Napalm Death pada riff gitar, durasi sesingkat Charles Bronson, dan lirik-lirik sarkastik sekenanya gaspol ala Man is The Bastard. Depok jadi satu kota produsen terbesar band serupa ini. Disusul Jawa Timur, Malang dan sekitarnya. Tentu Bandung juga diantaranya. Palembang sedikit terlambat tapi tak kalah kencangnya, akhir tahun kesupuluh milinea kedua jadi hal yang biasa untuk menemukan nama-nama aneh dan a-moral pada poster gigs. Lebih layak jadi umpatan dibanding nama band.

Semakin disadari, bagaimana hal lalu serupa ini sangat menyenangkan diingat, terus dibahas di setiap tengah romansa tengah dalu, keorganikan proses, berjaraknya kita pada banyak hal, baik itu antar kota, teknologi dan akses, melahirkan dinamika sendiri yang tak kalah dengan apa yang kita alami sekarang. Otokritiknya, mestinya, memang di tengah apa yang kita punya sekarang, masa-masa itu bisa diulangi dengan jauh lebih baik. Itu saja satu sisi baik yang mungkin sempat dibahas di awal.

Mengulangi kembali, menyenangi kembali sesuatu hal seperti saat kita pertama kali mengenalnya. Tapi dengan akses, kemampuan dan hal-hal mengagumkan sekarang. Did something the first time we got, but in a better way.

Alasan itu mungkin yang menjadi amunisi dari Sirkus Moral, Unit trash/hardcorepunk paling anyar dari Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Lahir di tahun keduapuluh milenia kedua, 10 tahun setelah sedari gelombang besar unit seperti mereka hadir di tengah scene tiap kota. Tapi jika dibilang ketinggalan, ini tentu punya banyak perdebatan, semenjak banyak perilisan ulang dan terbaru dari band-band seperti ini sekarang. Sekali lagi, bagaimana jika kecerobohan waktu itu akhirnya dilakukan dengan cara yang lebih baik sekarang. Sirkus Moral menjadi sangat-sangat menarik akhirnya.

7 track dilibas dalam waktu tak lebih dari 4 menit di Demo pertama yang mereka lepas. Demo bertajuk 7gram dan dirilis bertepatan dengan Hari Anti Narkoba Internasional. Brengsek gaspol memang.

Dari situ jelas sudah apa yang mereka mau sampaikan. Membicarakan fenomena candu narkotika dan kultur belingsatan plus dibumbui kearifan lokal di mana mereka tumbuh; Disajikan dengan agresifitas Toxic Holocaust, sebersemangat Infest dengan kata-kata seselebor Man Is The Bastard.  Sirkus Moral bukan hanya sebatas romantisme masa lampau, dalam level tertentu mereka akhirnya jadi sebuah kesegaran berulang inovatif, dinamika spiral pegas tapi dengan kebaruan yang jauh lebih menyenangkan.

Rasa tanggung tengah moshpit dan nakal kurang ajar yang jadi candu, menyegarkan membayangkan Sirkus Moral akan memuntahin setiap show mereka yang tak akan lebih dari 10menit. Bisa jadi, di sela-sela band-band serius dengan upaya penyempurnaan musikalitas yang terus dibicarakan ulang, Sirkus Moral akan jadi sebuah oase di antaranya. Pilihan menyebalkan yang menarik. Spontanitas dan keberengsekan waktu dulu yang sekarang dihidangkan kembali dengan sefaktual mungkin. Menengahkan kembali muntahan serapah asal sekenanya yang memang sudah lama hilang di lineup.

Kita selalu butuh yang seperti ini di setiap moshpit yang bisa saja mulai membosankan.

Tinggalkan komentar